Pengertianetika secara etimologis adalah etika berasal dari bahasa Yunani "ethos" dan "ethikos". Merujuk kata serapan tersebut, pengertian etika secara etimologis dari kata etika adalah timbul dari kebiasaan. Untuk pengertian etika secara terminologis adalah muncul saat manusia merefleksikan unsur-unsur etis ke dalam pendapat-pendapat
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Ulumul Qur'an terdiri atas dua kata 'Ulum dan Al-Qur'an. 'Ulum adalah jamak plural dari kata tunggal mufrad 'ilm , yang secara harfiah berarti ilmu. Sedangkan Al-Qur'an adalah nama bagi kitab Allah Swt. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. dengan demikian, maka secara harfiah kata 'Ulumul Qur'an dapat diartikan sebagai ilmu-ilmu Al-Qur'an atau ilmu-ilmu yang membahas Al-Qur' kata jamak pada 'Ulumul Qur'an, tidak kata mufrad yakni ilmul Qur'an, karena istilah ini tidak ditunjukkan kepada satu cabangilmu pengetahuan yang bertalian kepada Al-Qur'an, akan tetapi mencakup semua ilmu yang mengabdi kepada Al-Qur'an atau memiliki sandaran rujukan kepada Al-Qur'am.[1]Baca juga Kajian Teks dalam Perspektif Filologi dan Ulumul Hadist Taarif atau pengertian Ulumul Qur'an yang dikemukakan oleh para ahli tidak sedikit tidak semua pendapat para ulama dikemukakan, tapi hanya sebagian dari pendapat tersebut yang dapat dikemukakan, antara lain Al-Zarqoni Imam Al-Zarqoni menyatakan bahwa Ulumul Qur'an adalah ilmu-ilmu yang membicarakann hal-hal yang berhubungan dengan Alquranul Karim, yaitu dari aspek turun, susunan, pengumpulan, tulisan, bacaan, penjelasan tafsir, mukjizat, nasikh, mansukhnya, serta menolak terhadap hal-hal yang dapat mendaptangkan keaguan terhadapnya Al-Qur'an.[2]Baca juga Ulumul Quran dan PerkembangannyaAs-syuthiImam As-Suyuthi menyatakan bahwa Ulumul Quran adalah Ilmu yang membahas seluk-beluk Al-Qur'an. Diantaranya yaitu yang membicarakan aspek turunnya, sanadnya, bacaannya, lafaznya, maknanya yang berhubungan dengan hukum, dan lain sebagainya.[3] Baca juga Ulumul HaditsMuhammad Ali Ash-Shobuni Adapun yang dimaksud dengan 'Ulumul Qur,an dalam terminology para ahli ilmu-ilmu Al-Qur'an seperti yang diformulasikan Muhammad 'Ali al-Shabuni yaitu Ilmu-ilmu yang membahas tentang turunnya Al-Qur'an, pengumpulannya, susunannya, pembukuannya, sebab-sebab turunnya, makkiyah dan madaniyyah serta mengenai nasikh dan mansukhnya,muhkam dan mutasyabihnya, dan lain-lain yang sehubungan dengan Al-Qur'an.[4] Lihat Humaniora Selengkapnya
Setelahmembahas kata "ulum" dan "Al-Qur'an" yang terdapat dalam kalimat "Ulumul Qur'an", perlu kita ketahui bahwa tersusunnya kalimat tersebut mengisyaratkan bahwa adanya bermacam-macam ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan Al-Qur'an atau pembahasan-pembahasan yang berhubungan dengan Al-Qur'an, baik dari aspek keberadaannya sebagai Al-Qur'an maupun aspek pemahaman
1. Pengertian Secara etimologi, berwazan taf’il, berasal dari kata fasr yang berarti al-idhah, al-syarh, dan al-bayan penjelasanatau keterangan,. Juga berarti al-ibanah menerangkan, al-kasyf menyingkap dan izhhar al-ma’na al-ma’qul menampakkan makna yang rasional.Keterangan atau penjelasan tentang ayat-ayat Al-Quran agar maksudnya lebih mudah Secara terminologi, adalah upaya untuk menjelaskan tentang arti atau maksud darifirman-firman Allah SWT sesuai dengan kemampuan manusia mufassir.2. Dua aliran penafsiran Tafsir bi al-matsur dengan riwayat. Ayat dijelaskan dengan ayat, ayat dijelaskan dengan hadis, ayat dijelaskan dengan pendapat sahabat dan tabi’ Tafsir bi al-ra’yi akal pikiran. Ayat dijelaskan dengan logika, ilmu, dan Pendekatan dan karakter yang selama ini dipakai atau digunakan oleh para ahli Al-Quran itu multimedimensi. Dapat dipahami dari berbagai Pendekatan tafsir adalah alat analisis yang mempengaruhi perspektif dalam melakukan Setiap pendekatan akan memperlihatkan karakteristik karakteristik tafsir a. Tafsir Fiqhib. Tafsir Shufic. Tafsir Falsafid. Tafsir Ilmie. Tafsir Adabi Ijtima’i4. 3 metode tafsir Metode Tahlili analisis, metode menafsirkan Al-Quran yang berusaha menjelaskan al-quran dengan menguraikan berbagai seginya dan menjelaskan apayang dimaksudkan oleh al-quran sesuai dengan urutan metode tahlili Dapat mengetahui dengan mudah tafsir suatu surat atau ayat.Mudah mengetahui munasabah anatara suatu surat atau ayat dengan surat atau ayat lainnya.Memungkinkan untuk dapat memberikan penafsiran pada semua ayat.Kaya ide dan informasi.Menjadi media dokumentasi sejarah, syar’i, dan metode tahlili Menghasilkan penfsiran yang parsial.Subjektivitas mufassir tidak mudah dihindari.
PengertianUlumul Qur'an Secara etimologi, kata Ulumul Qur'an berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari dua kata, yaitu "ulum" dan "Al-Qur'an". dan ilmu-ilmu yang ada kaitanya dengan Al-Qur'an menjadi bagian dari ulumul Qur'an. Sedangkan menurut terminologi terdapat berbagai definisi yang dimaksud dengan ulumul Qur'an
Secara etimologi Ulumul Qur’an terdiri dari dua kata, yaitu ulum dan al-qur'an. 'Ulum adalah jama' dari al 'ilm yang berarti ilmu, maka ulum berarti ilmu-ilmu. Sedangkan kata Al-Qur’an, secara harfiah, berasal dari kata qoro'a yang berarti membaca atau mengumpulkan. Kedua makna ini mempunyai maksud yang sama, membaca berarti juga mengumpulkan, sebab orang yang membaca bekerja mengumpulkan ide-ide atau gagasan yang terdapat dalam sesuatu yang ia baca. Maka perintah membaca dalam Alquran, seperti yang terdapat di awal Surah Al-Alaq, bermakna bahwa Allah menyuruh umat Islam mengumpulkan ide-ide atau gagasan yang terdapat di alam raya atau dimana saja, dengan tujuan agar si pembaca melalui gagasan, bukti atau ide yang terkumpul dalam pikirannya itu, memperoleh suatu kesimpulan bahwa segala yang ada ini diatur oleh Allah. Berdasarkan pengertian di atas, maka secara bahasa kata ulumul al-qur'an dapat diartikan kepada ilmu-ilmu tentang Alquran. Secara terminologi, Al-Quran berarti "Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril, sampai kepada kita secara mutawatir. Dimulai dengan Surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan Surah An-Nas, dan dinilai ibadah berpahala bagi setiap orang yang membacanya." Jadi, ulumul quran secara istilah bermakna "Segala ilmu yang membahas tentang kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, yang berkaitan dengan turun, bacaan, kemukjizatan, dan lain sebagainya". Syeikh Muhammad Ali Ash-Shabuni dalam kitabnya At-Thibyan fi Ulumil Al-Qur'an mendefinisikan, Ulumul Quran adalah "Kajian-kajian yang berhubungan dengan Alquran dari aspek turun, pengumpulan, susunan, kodifikasi, asbab an-nuzul, al-makki wa al-madani, pengetahuan mengenai an-nasikh dan al-mansukh, muhkam dan mutasyâbih dan lain sebagainya segala pembahasan yang berkaitan dengan Al-Quran." Menurut Az-Zarqani dalam kitabnya Manahil Al-'Irfan fi Ulumil Qur'an, Ulumul Quran adalah "Kajian-kajian yang berhubungan dengan Al-Quran, dari aspek turun, susunan, pengumpulan, tulisan, bacaan, tafsir, mukjizat, nasikh dan mansukh, menolak syubhat darinya, dan lain-lain." Jadi, apa saja ilmu yang berkaitan dengan Al-Quran adalah termasuk dalam perbincangan Ulumul Quran.
Keberadaannyaakan diketahui dengan taubat dan talqin kalimat "Laa Ilaaha Illalloh". Ruh ini dinamakan oleh ahli Tashowuf sebagai bayi ma'nawi (thiflul ma'ani).. Ia dapat naik dan turun, menyatu dan terlepas, keluar, pergi dan datang, bergerak dan diam dari jasad. Substansinya sama dengan nafs, sekalipun sifat-sifatnya berbeda.
Kata Ulum dalam bahasa arab adalah bentuk jamak plural dari kata عِلْمُ ilm. Ia merupakan bentuk masdar dari kata عَلِمَ- يَعْلَمُ عُلُوْمٌ . Secara etimologi arti kata عِلْمُ ilmu adalah semakna dengan kata المعرفة الفهم و pemahaman dan pengetahuan. Pada pendapat yang lain kata ilmu juga diartikan dengan kata الجزم yang pasti, artinya suatu kepastian yang dapat diterima akal penjelasannya. Di dalam ensiklopedi islam dijelaskan bahwa kata ilmu adalah merupakan lawan kata dari jahl yang berati ketidaktahuan, atau kebodohan. Kata ilmu juga biasa disepadankan dengan kata bahasa arab lainnya, yaitu ma’rifah pengetahuan, fiqh pemahaman, hikmah kebijaksanaan, dan syu’ur perasaan. Ma’rifah adalah padanan kata yang paling sering digunakan. Selanjutnya Muhammad Quraish Shihab menjelaskan bahwa setiap kosa kata bahasa arab yang menggunakan kata yang tersusun dari huruf-huruf ain, lam, dan mim dalam berbagai bentuknya adalah berarti sesuatu yang sedemikian jelas sehingga tidak menimbulkan keraguan. Berdasarkan pengertian ilmu tersebut maka dapat ditarik sebuah pengertian bahwa arti kata Ulumsebagai jamak plural dari kata ilmu secara etimologi adalah berarti kumpulan dari beberapa ilmu. Secara terminologi, definisi ilmu cukup beragam sekali, sebab pengertian tersebut selalu diwarnai oleh pendekatan masing-masing tokoh, yaitu sebagai berikut a M. Quraishy shihab mendefenisikan ilmu sebagai اِدْرَاكُ الشَّيْءِ بِحَقِيْقَتِهِ mengetahui yang sebenarnya. b Menurut para hukama’, ilmu adalah يريدون به صورة الشيء الحاصلة فى العقل او تعلق النفس با الشيء على جهة انكشافه Suatu yang dengannya memberikan gambaran terhadap sesuatu yang dihasilkan akal atau ketergantungan diri dengan sesuatu berdasarkan ungkapan yang jelas. c Para Ahli Kalam memberi pengertian ilmu dengan بانه صفة يتجلى بها الامر لمن قامت به Suatu yang dengannya ilmu seseorang menjadi memiliki sifat yang jelas dalam menghadapi suatu perkara. Ketika ilmu diartikan dengan pengetahuan, maka pengetahuan memiliki dua jenis, yaitu pengetahuan biasa dan pengetahuan ilmiah. Pengetahuan biasa diperoleh dari keseluruhan bentuk upaya kemanusiaan, seperti perasaan, pikiran, pengalaman, panca indra, dan intuisi untuk mengetahui sesuatu tanpa memperhatikan objek, cara, dan kegunaannya. Dalam bahasa inggris jenis pengetahuan ini disebut knowledge. Selanjutnya pengetahuan ilmiah adalah keseluruhan bentuk upaya kemanusiaan untuk mengetahui sesuatu, tetapi dengan memperhatikan objek yang ditelaah, cara yang digunakan, dan kegunaan pengetahuan tersebut. Dengan kata lain, pengetahuan ilmiah harus memperhatikan objek ontologis, landasan epistomologis, dan landasan aksiologis dari pengetahuan itu sendiri. Jenis pengetahuan ini dalam bahasa inggris disebut science. maka adapun ilmu yang masuk dalam kategori pengetahuan ini adalah pengetahuan ilmiah. Berdasarkan beberapa pengertian ilmu tersebut pemakalah memahami bahwa eksistensi ilmu adalah pengetahuan utuh terhadap suatu objek yang dapat dibuktikan kebenarannya. Selanjutnya pengertian ilmu juga dapat ditinjau dari penjelasan ayat Al-Qur’an, misalnya sebagaimana penjelasan firman Allah SWT. dalam surah an-naml 15-16. 15. Dan Sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman; dan keduanya mengucapkan "Segala puji bagi Allah yang melebihkan Kami dari kebanyakan hamba-hambanya yang beriman". 16. dan Sulaiman telah mewarisi Daud , dan Dia berkata "Hai manusia, Kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan Kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya semua ini benar-benar suatu kurnia yang nyata". Ayat ini menyimpulkan bahwa arti ilmu yang diwariskan Allah kepada Nabi Daud dan Sulaiman terbagi dua bagian yaitu ilmu tentang pengelolaan alam sunnatullah sebagai investasi untuk menjalankan kenabian dan roda pemerintahan yang dipimpinnya, dan pengetahuan tentang kalamullah, yaitu pengetahuan tentang kitab Zabur. Dengan demikian sebuah ilmu dalam islam harus dapat dibuktikan kebenarannya melalui standarisasi islam, sehingga proses melahirkan dan menerapkan ilmu tersebut sarat dengan nilai-nilai keislaman. Oleh karena hakikat ilmu dalam konsep islam adalah berasal dari Allah SWT. Maka proses penelusuran dan penggunaan ilmu tersebut wajib mematuhi nilai-nilai islam atau ketetapan yang telah diatur Allah SWT. Dalam konteks sebagai disiplin ilmu, Abu Syahbah menjelaskan bahwa suatu ilmu juga berarti sejumlah materi pembahasan yang dibatasi kesatuan tema atau tujuan. Maksudnya sebuah ilmu itu juga harus memiliki kesatuan kawasan garapan pembahasan yang jelas dan tujuan tertentu. Dengan demikian, bahwa pengertian kata Ulum sebagai jamak plural dari kata ilmu adalah kumpulan dari sejumlah pengetahuan ilmiah yang membahas sejumlah materi yang dibatasi kesatuan tema atau tujuan. Al-Qur’an secara etimologi mengandung makna yang berbeda-beda ditinjau dari perspektif ulama, yaitu a Al-lihyani dan kawan-kawan mengatakan Al-Qur’an berasal dari kata qara’a membaca adalah merujuk kepada firman Allah SWT. Pada surat al-Qiyamah 75 ayat 17-18 17. Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya di dadamu dan membuatmu pandai membacanya. 18. apabila Kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu. b Al-Zujaj menjelaskan bahwa kata Al-Qur’an merupakan kata sifat yang berasal dari kata القرأ al-qar’ yang artinya menghimpun. Kata sifat ini kemudian dijadikan nama bagi firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Makna tersebut menunjukkan bahwa kitab Al-Qur’an menghimpun surat, ayat, kisah, perintah, larangan dan intisari kitab-kitab suci sebelumnya. c Al-asy’ari mengatakan bahwa Al-Qur’an diambil dari kata kerja qarana’ menyertakan karena Al-Qur’an menyertakan surat, ayat, dan huruf-huruf. d Al-farra’ menjelaskan bahwa kata Al-Qur’an diambil dari kata dasar qara’in’ penguat karena Al-Qur’an terdiri dari ayat-ayat yang saling menguatkan, dan terdapat kemiripan antara satu ayat dengan ayat-ayat lainnya. Berdasarkan pendekatan etimologi tersebut dapat disimpulkan bahwa Al-Qur’an memiliki beberapa kriteria yang beragam, seperti kitab yang menjadi bacaan, kitab yang menghimpun berbagai hal, kitab yang mengandung berbagai kebaikan, dan kitab yang menguatkan kebenaran. Artinya semua makna nama-nama di atas adalah memberikan pesan positif terhadap eksistensi dan peran Al-Qur’an di tengah-tengah kehidupan manusia. Dalam teori yang lain, istilah Al-Qur’an dinyatakan sebagai nama khusus yang ditujukan kepada kumpulan wahyu Allah SWT. Yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Istilah Al-Qur’an ini bukan berasal dari pecahan kata dalam bahasa arab ialah nama kitab-kitab seperti Taurat, Zabur, dan injil. Semua istilah ini adalah khusus untuk nama kumpulan waahyu Allah SWT yang diturunkan kepada Nabinya masing-masing. Sedangkan Al-Qur’an secara terminologi berdasarkan pendapat ulama sebagaimana berikut a Menurut Manna’ Khalil Al-Qattan كَلَامُ اللهِ الْمُنَزّلُ عَلَى مُحَمّدٍ المُتَعَبّدُ بِتِلَاوَتِهِ “Kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Dan membacanya memperoleh pahala”. Kalimat membacanya memperoleh pahala’ pada pengertian di atas telah memberikan pada sebahagian orang bahwa hanya Al-Qur’an yang berpahal membacanya. Namun menurut pemakalah sendiri persepsi demikian adalah keliru, sebab kata-kata lain juga banyak yang bernilai pahala membacanya, seperti Haditst, zikir dan lain-lain. Menurut hemat pemakalah kata-kata tersebut di dalam defenisi Al-Qur’an adalah bermaksud untuk menunjukkan keistimewaan Al-Qur’an al-karim dibanding bacaan-bacaan yang lain. b Menurut Abu Syahbah هُوَ كِتَابُ اللهِ عَزّ وَجَلّ المُنَزّلُ عَلىَ خَاتَمِ أَنْبِيَائِهِ مُحَمّدٍ بِلَفْظِهِ وَمَعْنَاهُ، الْمَنْقُوْلُ بِالتّوَاتُرِ الْمُفِيْدُ لِلْقَطْعِ وَالْيَقِيْنِ الْمَكْتُوْبُ فِى الْمَصَاحِفِ مِنْ اَوّلِ سُوْرَةِ الفَاتِحَةِ اِلىَ آخِرِ سُوْرَةِ النّاسِ. “Kitab Allah yang diturunkan-baik lafadzh maupun maknanya- kepada Nabi terakhir, Muhammad SAW., yang diriwayatkan secara mutawatir, yakni dengan penuh kepastian dan keyakinan akan kesesuaiannya dengan apa yang diturunkan kepada Muhammad, yang ditulis pada mushaf mulai dari awal surat al-fatihah sampai akhir surat an-nash. Defenisi di atas sesuai dengan firman Allah SWT dalam surah An-Nahl ayat 89 89. ..... dan Kami turunkan kepadamu Al kitab Al Quran untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri. Sebagaimana dijelaskan di atas ungkapan Ulum Al-Qur’an telah menjadi nama bagi suatu disiplin ilmu dalam kajian islam. Secara bahasa ungkapan ini berarti ilmu-ilmu Al-Qur’an. Oleh karena itu di indonesia disiplin ilmu ini kadang-kadang disebut Ulum Al-Qur’an atau Ulumul Qur’an dan kadang-kadang disebut ilmu-ilmu Al-Qur’an. Dengan demikian kata Ulum yang disandarkan kepada kata Al-Qur’an tersebut telah memberikan pengertian bahwa Ulum Al-Qur’an adalah kumpulan sejumlah ilmu yang berhubungan dengan Al-Qur’an, baik dari segi keberadaannya sebagai Al-Qur’an maupun dari segi pemahamannya terhadap petunjuk yang terkandung di dalamnya. Dari sisi gramatikalnya, pengertian Ulum Al-Qur’an dapat dipahami melalui dua pendekatan, yaitu pendekatan idhafi dan maknawi. Pengertian Ulum Al-Qur’an secara idhafi yakni dalam bentuk idhofi ghoiru mahdhah maka makna lafadh “Ulum” yang disandarkan kepada lafadzh “Al-Qur’an” adalah berarti semua ilmu yang berhubungan dengan Al-Qur’an karena lafadh “Ulum” adalah jamak plural yang berarti banyak, sehingga mencakup semua ilmu yang membahas Al-Qur’an dari berbagai macam segi. Antara lain, ilmu tafsir, ilmu qira’at, ilmu rasm ustmany, ilmu gharib lafadzh, majaz Qur’an, dan lain-lain. Selanjutnya definisi Ulum Al-Qur’an secara maknawi adalah segala sesuatu yang di bahas di dalamnya berkaitan dengan Al-Qur’an, seperti menurut Abu bakar al-arabi ilmu-ilmu yang berkaitan dengan Al-Qur’an mencapai bagian. Hitungan ini diperoleh dari hasil perkalian jumlah kalimat Al-Qur’an dengan empat, karena masing-masing kalimat Al-Qur’an mempunyai makna zhahir, batin, hadd, dan mathla’. Jumlah tersebut akan semakin bertambah jika melihat urutan kalimat di dalam Al-Qur’an serta hubungan urutan itu. Jika sisi itu yang dilihat maka ruang lingkup/kawasan pembahasan ’UlumAl-Qur’an tidak akan dapat terhitung lagi. Sedangkan Ulum Al-Qur’an secara terminologi berdasarkan pendapat ulama sebagaimana berikut a Menurut Muhammad hasby ash-shiddiqy مَبأَحِثُ تَتَعَلّقُ بِالْقُرْأنِ الْكَرِيْمِ مِنْ نَاحِيَةِ نُزُوْلِهِ وَتَرْتِيِبِهِ وَجَمْعِهِ وَكِتَابَتِهِ وَقِرَاءَتِهِ وَتَفْسِيْرِهِ وَاِعْجَازِهِ وَنَاسِخِهِ وَمَنْسُوْخِهِ وَدَفْعِ الشُّبَهِ وَنَحْوِ ذَالِكَ . “Beberapa pemahaman yang berhubungan dengan Al-Qur’an al-karim, dari segi turunnya, urutan penulisan, kodifikasi, cara membaca, kemukjizatan, nashikh, mansukh, dan penolakan hal-hal yang bisa menimbulkan keraguan terhadapnya, serta hal-hal lain”. b Menurut Abu Syahbah sebagaimana yang dikutip oleh rosihon anwar menjelaskan عِلْمٌ ذُوْ مَبَا حِثَ تتعلّقُ باِالقُرْآنِ الْكَرِيْمِ مِنْ حَيْثُ نُزُوْلِهِ وَتَرْتِيْبِهِ وَكِتَابَتِهِ وَجَمْعِهِ وَقِرَاءَ تِهِ وَتِفْسِيْرِهِ وَاِعْجَازِهِ وَنَاسِخِهِ وَمَنْسُوْخِهِ وَمُتَشَابِهِهِ إِلىَ غَيْرِ ذَالِكَ مِنْ المَبَاحِثِ الّتِى تُذْكَرُ فِي هَذَا الْعِلْمِ. “Beberapa pemahaman yang berhubungan dengan Al-Qur’an al-karim, dari segi turunnya, urutan penulisan, kodifikasi, cara membaca, kemukjizatan, nashikh, mansukh, dan penolakan hal-hal yang bisa menimbulkan keraguan terhadapnya, serta hal-hal lain”. Walaupun dengan redaksi yang sedikit berbeda, defenisi-defenisi di atas mempunyai maksud yang sama. Yaitu menjelaskan Ulum Al-Qur’an sebagai kumpulan sejumlah pembahasan yang pada mulanya merupakan ilmu-ilmu yang berdiri sendiri, ilmu-ilmu ini tidak keluar dari ilmu-ilmu agama dan bahasa, karena masing-masing menampilkan sejumlah aspek pembahasan yang dianggapnya penting untuk menjelaskan kandungan-kandungan Al-Qur’an dari berbagai aspeknya. Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi’i menjelaskan bahwa pengertian Ulum Al-Qur’an di atas mengandung dua substansi pokok, yaitu 1. Ilmu ini merupakan kumpulan sejumlah pembahasan 2. Pembahasan-pembahasan ini mempunyai hubungan dengan Al-Qur’an, baik dari segi aspek keberadaannya sebagai Al-Qur’an maupun aspek pemahaman kandungannya sebagai pedoman dan petunjuk hidup bagi manusia. Selanjutnya kata مَباحِثَ yang merupakan bentuk jamak plural yang tidak berhingga shighah muntaha al-jumu’ pada defenisi pertama adalah menegaskan bahwa pembahasan Ulum Al-Qur’an pada pengertian di atas tidak terbatas pada aspek-aspek yang ditampilkan saja, melainkan mencakup pembahasan tentang penolakan hal-hal yang bisa menimbulkan keraguan-keraguan terhadap Al-Qur’an. Selanjutnya keluasan kawasan garapan ’Ulum Al-Qur’an juga diperkuat oleh kata وَنَحْوِ ذَالِكَ yang berarti menunjukan pembahasan apapun yang tidak dapat disebutkan jumlahnya, sejauh ilmu tersebut menyoroti aspek-aspek al qurân termasuk Ulum Al-Qur’an. Dengan demikian dapat dipahami bahwa Ulum Al-Qur’an adalah suatu nama disiplin ilmu bagi sekumpulan ilmu-ilmu yang ada kaitannya dengan Al-Qur’an. Page 2
PENGERTIANKORUPSI & PRINSIP-PRINSIP ANTI-KORUPSI. Korupsi secara Etimologi • Istilah korupsi berasal dari bahasa latin "corrumpere", "corruptio" atau "corruptus" • Dari bahasa latin tersebut kemudian diadopsi oleh beberapa bangsa di dunia • Beberapa bangsa di dunia memiliki istilah tersendiri mengenai korupsi.
Al-Quran merupakan kalamullah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril. Al-Quran juga merupakan mu’jizat Muhammad SAW dan sebagau sumber ilmu bagi ummatnya serta dasar-dasar hukum yang mengatur segala hal dalam kehidupan. وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَىٰ لِلْمُسْلِمِينَArtinya Kami turunkan kepadamu Al-Kitab untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” An-Nahl 89.Mempelajari isi Al-Qur’an akan menambah perbendaharaan baru, memperluas pandangan dan pengetahuan, meningkatkan perspektif baru dan selalu menemui hal-hal yang selalu baru. Lebih jauh lagi, kita akan lebih yakin akan keunikan isinya yang menunjukkan Maha Besarnya Allah sebagai diturunkan dalam bahasa Arab. Oleh karena itu, ada anggapan bahwa setiap orang yang mengerti bahasa Arab dapat mengerti isi Al-Qur’an. Lebih dari itu, ada orang yang merasa telah dapat memahami dan menafsirkan Al-Qur’an dengan bantuan terjemahnya, sekalipun tidak mengerti bahasa orang Arab sendiri banyak yang tidak mengerti kandungan Al-Qur’an. Maka dari itu, untuk dapat mengetahui isi kandungan Al-Qur’an diperlukanlah ilmu yang mempelajari bagaimana tata cara menafsiri Al-Qur’an yaitu Ulumul Qur’an dan juga terdapat faedah-faedahnya. Dengan adanya pembahasan ini, kita sebagai generasi islam supaya lebih mengenal Al-Qur’ Definisi Ulumul Qur’an?Kata ulum meruapakan jamak dari kata ilmu. Ilmu berarti al-fahmu wal idraak faham dan menguasai. Kemudian arti kata ini berubah menjadi permasalahan yang beraneka ragam yang disusun secara ilmiah’.Jadi, yang dimaksud dengan uluumul qur’an ialah ilmu yang membahas masalah-masalah yang berhubungan dengan Al-Quran dari segi asbaabu nuzuul sebab-sebab turunnya al-qur’an, pengumpulan dan penertiban Qur’an, pengetahuan tentang surah-surah Mekah dan Madinah, an-nasikh wal mansukh, al-muhkam wal mutasyaabih dan lain sebagainya yang berhubungan dengan Qur’ ilmu ini juga dinamakan ushuulu tafsir dasar-dasar tafsir karena membahas beberapa masalah yang harus diketahui oleh Mufassir sebagai sandaran dalam menafsirkan Objek Pembahasan Ulumul Qur’an?Objek Pembahasan ulumul Qur’an dibagi menjadi tiga bagian besarPertama, sejarah dan perkembangan ulumul Qur’an, meliputi sejarah rintisan ulumul quran di masa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, sahabat, tabi’in, dan perkembangan selanjutnya lengkap dengan nama-nama ulama dan karangannya di bidang ulumul quran di setiap zaman dan pengetahuan tentang Al-Quran, meliputi Makna Quran, Karakteristik Al-Quran, Nama-nama al-Quran, Wahyu, Turunnya Al-Quran, Ayat Makkah dan Madinah, Asbabun Nuzul, dan metodologi penafsiran Al-Quran, meliputi Pengertian Tafsir dan Takwil, Syarat-syarat Mufassir dan Adab-adabnya, Sejarah dan Perkembangan ilmu tafsir, Kaidah-kaidah dalam penafsiran Al-Quran, Muhkam dan Mutasyabih, Aam dan Khoos, Nasikh wa Mansukh, dan Sejarah dan Perkembangan Ulumul Qur’an?Sejarah perkembangan ulumul quran terbagi menjadi beberapa fase, dimana tiap-tiap fase menjadi dasar bagi perkembangan menuju fase selanjutnya, hingga ulumul quran menjadi sebuah ilmu khusus yang dipelajari dan dibahas secara khusus pula. Berikut beberapa fase / tahapan perkembangan ulumul quran.Ulumul Qur’an pada Masa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallamEmbrio awal ulumul quran pada fase ini adalah berupa penafsiran ayat Al-Quran langsung dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam kepada para sahabat, atau berupa riwayat mengenai pertanyaan para sahabat tentang makna suatu ayat Qur’an, menghafalkan dan mempelajari riwayat saat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menafsirkan ayat Qur’an kepada sahabat,Dari Uqbah bin Amir Al Juhani berkata,سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ عَلَى الْمِنْبَرِ يَقُولُ { وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ } أَلَا إِنَّ الْقُوَّةَ الرَّمْيُ أَلَا إِنَّ الْقُوَّةَ الرَّمْيُ أَلَا إِنَّ الْقُوَّةَ الرَّمْيُ“Saya mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berada di atas mimbar berkata Dan persiapkan untuk mereka apa yang kalian mampu berupa kekuatan. Ketahuilah bahwa kekuatan itu adalah memanah, ketahuilah bahwa kekuatan itu adalah memanah, ketahuilah bahwa kekuatan itu adalah memanah!’” HR. Abu Daud No. 2153Diantara riwayat yang menyebutkan antusiasme sahabat dalam menghafal dan mempelajari Al-Quran adalah riwayat berikut,عَنْ أَبِى عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَ حَدَّثَنَا مَنْ كَانَ يُقْرِئُنَا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- أَنَّهُمْ كَانُوا يَقْتَرِئُونَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَشَرَ آيَاتٍ فَلاَ يَأْخُذُونَ فِى الْعَشْرِ الأُخْرَى حَتَّى يَعْلَمُوا مَا فِى هَذِهِ مِنَ الْعِلْمِ وَالْعَمَلِ. قَالُوا فَعَلِمْنَا الْعِلْمَ dari Abi Abdul Rahman as-Sulamiy seorang tabi’in, ia berkata, “Telah menceritakan kepada kami orang yang dulu membacakan kepada kami yaitu sahabat-sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam bahwa mereka dulu mendapatkan bacaan Al-Qur’an dari Rasululullah shallallahu alaihi wa sallam sepuluh ayat, mereka tidak mengambil sepuluh ayat yang lainnya sehingga mereka mengerti apa yang ada di dalamnya yaitu ilmu dan amal. Mereka berkata, Maka kami mengerti ilmu dan amal.’” Hadits Riwayat Ahmad nomor 24197, dan Ibnu Abi Syaibah nomor 29929Riwayat di atas paling tidak mengandung informasi tentang sejarah Al-Qur’an dan metode pembelajaran Al-Qur’ yang berkaitan dengan ulumul qur’an adalah kebijakan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang melarang para sahabat–pada masa tertentu–untuk menulis selain qur’an, sebagai upaya menjaga kemurnian Abu Sa’id al- Khudri, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkata,لَا تَكْتُبُوا عَنِّي وَمَنْ كَتَبَ عَنِّي غَيْرَ الْقُرْآنِ فَلْيَمْحُهُ وَحَدِّثُوا عَنِّي وَلَا حَرَجَ وَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ قَالَ هَمَّامٌ أَحْسِبُهُ قَالَ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ“Janganlah kalian tulis riwayat/yang kamu terima dariku, barangsiapa yang telah menulis riwayat dariku selain al qur’an hendaklah Ia menghapusnya, dan beritakanlah apa yang kamu terima dariku ini kepada orang lain dan tidak ada halangan tidak dosa bagi kamu. Barang siapa berdusta atas nama ku dengan sengaja, maka dia akan menempati menyiapkan tempatnya di neraka.” Muslim No. 5326Ulumul Qur’an pada Masa KhalifahPada masa khalifah, perkembangan ulumul quran ditandai dengan munculnya kebijakan-kebijakan para khalifah sebagaimana berikut,Khalifah Abu Bakar menetapkan kebijakan pengumpulan/penulisan Al-Quran untuk pertama kalinya yang diprakarsai oleh Umar bin Khattab dan ditangani prosesnya oleh Zaid bin Utsman menetapkan kebijakan menyatukan kaum muslimin pada satu mushaf, dan hal itupun terlaksana. Mushaf itu disebut mushaf Imam. Salinan-salinan mushaf ini juga dikirimkan ke beberapa provinsi. Penulisan mushaf tersebut dinamakan ar-Rosmul Utsmani yaitu dinisbahkan kepada Utsman, dan ini dianggap sebagai permulaan dari ilmu Rasmil Qur’ Ali menetapkan kebijakan berupa perintah kepada Abu aswad Ad-Du’ali untuk meletakkan kaidah-kaidah nahwu, cara pengucapan yang tepat dan baku dan memberikan ketentuan harakat pada qur’an. Ini juga disebut sebagai permulaan Ilmu I’rabil Qur’an.Ulumul Qur’an Pada Masa Sahabat dan Tabi’inPara sahabat senantiasa melanjutkan usaha mereka dalam menyampaikan makna-makna al-qur’an dan penafsiran ayat-ayat yang berbeda diantara mereka, sesuai dengan kemampuan mereka yang berbeda-beda dalam memahami dan karena adanya perbedaan lama tidaknya mereka hidup bersama Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, hal demikian diteruskan oleh murid-murid mereka, yaitu para tabi’ para Mufasir yang termasyhur dari para sahabat adalahEmpat orang Khalifah Ibnu Masud,Ibnu Abbas,Ubay bin Kaab,Zaid bin sabit,Abu Musa al-Asy’ari, danAbdullah bin riwayat tafsir Qur’an yang diambil dari Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Mas’ud dan Ubay bin Ka’ab, dan apa yang diriwayatkan dari mereka tidak berarti merupakan tafsir Quran yang sudah sempurna, tetapi hanya terbatas pada makna beberapa ayat dengan penafsiran yang masih samar dan penjelasan yang masih kalangan para tabi’in, diantara mereka ada satu kelompok terkenal yang mengambil ilmu ini dari para sahabat disamping mereka sendiri bersungguh-sungguh atau melakukan ijtihad dalam menafsirkan ayat. Yang terkenal di antara mereka adalah,Murid-murid Ibnu Abbas di Makkah yang terkenal ialah Sa’id bin Jubair, Mujahid, IKrimah bekas sahaya maula Ibnu Abbas, Tawus bin Kisan al Yamani dan Atha’ bin Abu Ubay bin Kaab, di Madinah Zaid bin Aslam, Abul Aliyah, dan Muhammad bin Ka’b al Abdullah bin Mas’ud di Iraq yang terkenal Alqamah bin Qais, Masruq al Aswad bin Yazid, Amir as Sya’bi, Hasan Al Bashri dan Qatadah bin Di’amah as yang diriwayatkan oleh mereka meliputi ilmu tafsir, ilmu Gharibil Qur’an, ilmu Asbabun Nuzul, ilmu Makki Wal madani dan ilmu Nasikh dan Mansukh, tetapi semua ini tetap didasarkan pada riwayat dengan cara Tadwin PembukuanPerkembangan selanjutnya dalam ulumul quran adalah masa pembukuan ulumul Quran yang juga melewati beberapa fase, sebagai berikutPembukuan Tafsir Al-Quran menurut riwayat dari Hadits, Sahabat dan Tabi’inPada abad kedua hijriah tiba masa tadwin yang dimulai dengan pembukuan hadits beserta segala babnya yang bermacam-macam, dan itu juga menyangkut hal yang berhubungan dengan tafsir. Maka sebagian ulama membukukan tafsir Qur’an yang diriwayatkan dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, dari para sahabat, atau dari para tabi’in. Diantara mereka yang terkenal adalah Yazid bin Harun as Sulami wafat 117 H, Syu’bah bin Hajjaj wafat 160 H, Waqi’ bin Jarrah wafat 197 H, Sufyan bin uyainah wafat 198 H, dan Aburrazaq bin Hammam wafat 112 H. Mereka adalah para ahli hadis. Sedang tafsir yang mereka susun merupakan salah satu bagiannya. Namun tafsir mereka yang tertulis tidak ada yang sampai ke tangan Tafsir berdasarkan susunan AyatKemudian langkah mereka itu diikuti oleh para ulama’ yang menyusun tafsir Qur’an yang lebih sempurna berdasarkan susunan ayat. Dan yang terkenal diantara mereka adalah Ibn Jarir at Tabari wafat 310 H.Demikianlah, tafsir pada mulanya dinukil dipindahkan melalui penerimaan dari muluit ke mulut dari riwayat, kemudian dibukukan sebagai salah satu bagian hadits, selanjutnya ditulis secara bebas dan mandiri. Maka berlangsunglah proses kelahiran at Tafsir bil Ma’sur berdasarkan riwayat, lalu diikuti oleh at Tafsir bir Ra’yi berdasarkan penalaran. Munculnya Pembahasan Cabang-cabang Ulumul Quran selain TafsirDisamping ilmu tafsir, lahir pula karangan yang berdiri sendiri mengenai pokok-pokok pembahasan tertentu yang berhubungan dengan qur’an yang sangat diperlukan oleh seorang mufasir, diantaranyaUlama abad ke-3 HijriAli bin al Madini wafat 234 H guru Al-Bukhari, menyusun karangannya mengenai asbabun Ubaid al Qasim bin Salam wafat 224 H menulis tentang Nasikh Mansukh dan Qira’ Qutaibah wafat 276 H menyusun tentang problematika Quran musykilatul quran.Ulama Abad Ke-4 HijriMuhammad bin Khalaf bin Marzaban wafat 309 H menyusun al- Hawi fi Ulumil Qur’ muhammad bin Qasim al Anbari wafat 751 H juga menulis tentang ilmu-ilmu qur’ Bakar As Sijistani wafat 330 H menyusun Gharibul Qur’ bin Ali bin al-Adfawi wafat 388 H menyusun al Istigna’ fi Ulumil Qur’ Abad Ke-5 dan setelahnyaAbu Bakar al Baqilani wafat 403 H menyusun I’jazul Qur’anAli bin Ibrahim bin Sa’id al Hufi wafat 430 H menulis mengenai I’rabul Qur’ Mawardi wafat 450 H menegenai tamsil-tamsil dalam Qur’an Amtsalul Qur’an.Al Izz bin Abdussalam wafat 660 H tentang majaz dalam Qur’an.Alamuddin Askhawi wafat 643 H menulis mengenai ilmu Qira’at cara membaca Qur’an dan Aqsamul Qur’ secara khusus Ulumul Quran dengan mengumpulkan masa sebelumnya, ilmu-ilmu al-quran dengan berbagai pembahasannya di tulis secara khusus dan terserak, masing-masing dengan judul kitab tersendiri. Kemudian, mulailah masa pengumpulan dan penulisan ilmu-ilmu tersebut dalam pembahasan khusus yang lengkap, yang dikenal kemudian dengan Ulumul Qur’an. Di antara ulama-ulama yang menyusun secara khusus ulumul quran adalah sebagai berikut Ali bin Ibrahim Said 330 H yang dikenal dengan al Hufi dianggap sebagai orang pertama yang membukukan Ulumul Qur’an, ilmu-ilmu Qur’ Jauzi wafat 597 H mengikutinya dengan menulis sebuah kitab berjudul Fununul Afnan fi Aja’ibi ulumil Qur’ az-Zarkasyi wafat 794 H menulis sebuah kitab lengkap dengan judul Al-Burhan fii ulumilQur’an .Jalaluddin Al-Balqini wafat 824 H memberikan beberapa tambahan atas Al-Burhan di dalam kitabnya Mawaaqi’ul uluum min mawaaqi` As-Suyuti wafat 911 H juga kemudian menyusun sebuah kitab yang terkenal Al-Itqaan fii uluumil qur` kitab Al-Burhan Zarkasyi dan Al-Itqon As-Suyuti hingga hari ini masih dikenal sebagai referensi induk / terlengkap dalam masalah ulumul Qur’an. Tidak ada peneliti tentang ulumul quran, kecuali pasti akan banyak menyandarkan tulisannya pada kedua kitab tersebut.Ulumul Qur’an pada Masa Modern/KontemporerSebagaimana pada periode sebelumnya, perkembangan ulumul quran pada masa kontemporer ini juga berlanjut seputar penulisan sebuah metode atau cabang ilmu Al-Quran secara khusus dan terpisah, sebagaimana ada pula yang kembali membagi, menyusun atau menyatukan cabang-cabang ulumul qur’an dalam kitab tersendiri dengan penulisan yang lebih sederhana dan sistematis dibading kitab-kitab klasik yang terbit membahas khusus tentang cabang-cabang ilmu Quran atau pembahasan khusus tentang metode penafsiran Al-Quran di antaranya Kitab I’jaazul Qur’an yang ditulis oleh Musthafa Shadiq Ar-Rafi`i,Kitab At-Tashwirul Fanni fiil Qur’an dan Masyaahidul Qiyaamah fil Qur’an oleh Sayyid Qutb,Tarjamatul Qur’an oleh Syaikh Muhammad Musthafa Al-Maraghi yang salah satu pembahasannya ditulis oleh Muhibuddin al-Khatib,Masalatu Tarjamatil Qur`an oleh Musthafa Sabri,An-Naba’ul Adziim oleh DR. Muhammad Abdullah Daraz danMuqaddimah Tafsir Mahaasilu Ta’wil oleh Jamaluddin yang membahas secara umum ulumul quran dengan sistematis, diantaranyaSyaikh Thahir Al-jazaairy menyusun sebuah kitab dengan judul At-Tibyaan fii Uluumil Qur’ Muhammad Ali Salamah menulis pula Manhajul Furqan fii Uluumil Qur’an yang berisi pembahasan yang sudah ditentukan untuk Fakultas Ushuluddin di Mesir dengan spesialisasi dakwah dan bimbingan masyarakat dan diikuti oleh muridnya,Muhammad Abdul Adzim az-Zarqani yang menyusun Manaahilul Irfaan fii Ulumil Qur` Ahmad Ali menulis Mudzakkiraat Ulumil Qur`an yang disampaikan kepada mahasiswanya di Fakultas Ushuluddin Jurusan Dakwah dan Bimbingan Mahaabisu fii Ulumil Qur’an oleh DR. Subhi pembahasan-pembahasan tersebut dikenal dengan penyebutan Uluumul Qur’an, dan kata ini kini telah menjadi istilah atau nama khusus bagi ilmu-ilmu tersebut yang kemudian menjadi mata pelajaran atau bidang studi tersendiri di perguran-perguruan tinggi di dunia, termasuk di Kitab Mabahits Fi Ulumil Quran, diringkas oleh Ustadz Hatta Syamsuddin
Pengertianulumul Qur'an (1) Pengertian 'Ulumul Qur'an Secara etimologi, kata Ulumul Qur'an berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari dua kata, yaitu "ulum" dan "Al-Qur'an". Kata ulum adalah bentuk jama' dari kata "ilmu" yang berarti ilmu-ilmu.
Apa itu Ilmu Ulumul Quran dan Apa Saja Ruang Lingkupnya? 9 Maret 2022 Pengertian Ulumul Quran adalah mengenai berbagai hal yang berhubungan dengan ilmu serta penafsiran dari Alquran. Ulumul Quran juga bisa diartikan sebagai metode dalam mencari hubungan antara satu ayat dengan ayat yang lain, termasuk juga cara menerima wahyu oleh Nabi Muhammad SAW. Pengertian Ulumul Quran dan Penjelasan Lengkapnya Ulumul Quran terdiri dari 2 kata yakni Ulum dan juga Alquran. Dari kedua kata tersebut bisa diartikan jika Ulumul Quran, merupakan ilmu yang membahas mengenai ilmu Alquran atau ilmu yang membahas mengenai Alquran. Selain itu, terdapat juga pengertian Ulumul Quran, dari para ulama, seperti yang berikut ini 1. Al-Zarqoni Ulumul Quran adalah ilmu-ilmu yang membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan Alquranul karim, yaitu dari aspek turun, sususan, pengumpulan, tulisan, bacaan, penjelasan tafsir, mukjizat, nasikh, mansukhnya, serta menolak terhadap hal-hal yang dapat mendapatkan keraguan terhadapnya Alquran. 2. Muhammad Ali al-Shabuni Ulumul Quran adalah ilmu-ilmu yang membahas tentang turunnya Alquran, pengumpulannya, susunannya, pembukuannya, sebab-sebab turunnya, makkiyah, dan madaniyah, serta mengenai nasikh dan mansukhnya, muhkam dan mutasyabihnya, dan lain-lain yang sehubungan dengan Alquran. 3. As-syuthi Pengertinan yang diberikan adalah ilmu yang membahas seluk-beluk Alquran. Diantaranya yaitu yang membicarakan aspek turunnya, sanadnya, bacaannya, lafaznya, maknanya yang berhubungan dengan hukum, dan lain sebagainya. Dari pengertian di atas bisa disimpulkan jika Ulumul Quran adalah sejumlah ilmu yang berhubungan dengan Alquran berikut dengan petunjuk yang ada di dalamnya. Sejarah Jada Pinkett Smith Is Treating Her Hair Loss With Steroids They Seem to Be Helping’ lixus labs big pharma one of the worst mass murderers in history must be held accountable – Perkembangan Ulumul Qur’an Pada saat pemerintahan khalifah Utsman bin Affan, Islam mengalami perkembangan yang luas. Bahkan, sudah banyak orang Arab yang bercampur dan berinteraksi dengan orang asing. Dalam hal ini, percampuran serta akulturasi budaya yang terjadi memicu rasa khawatir dari para sahabat. Dari rasa khawatir tersebut, ayat Alquran mulai disalin dan dijadikan sebagai dasar Ulumul Quran atau yang disebut juga dengan sebutan Al rasm Al-Utsmani. Untuk selanjutnya, Ulumul Quran memasuki masa pembukuan yang dilakukan pada abad ke 2 H. Ruang Lingkup Pembahasan Ulumul Quran Ruang lingkup pembahasan dari Ulumul Quran sangatlah luas. Di dalamnya terdapat pembahasan mengenai ilmu yang berkaitan dengan Alquran, seperti halnya ilmu agama yang didalamnya juga meliputi ilmu tafsir serta ilmu-ilmu bahasa Arab. Mempelajari Ulumul Quran juga mencakup bahasan dai sisi tentang pembacaan, tertib mengenai penulisan, hingga asbabun Nuzul. 2 Pokok Bahasan Ilmu Ulumul Quran Terdapat 2 pokok bahasan dalam Ulumul Quran. Pokok bahasan yang dimaksud adalah sebagai berikut Ulumul Quran memiliki hubungan dengan dirayah. Ilmu ini diperoleh dengan cara penelaahan yang mendalam seperti saat memahami lafadz yang asing serta mengetahui makna dari ayat yang berhubungan dengan hukum. Ilmu yang berhubungan dengan riwayat semata-mata, seperti halnya ilmu mengenai macam qira’at, tempat dimana ayat Alquran turun, serta waktu, dan .sebab diturunkannya ayat tersebut/ Dari pengertian Ulumul Quran di atas, maka bisa disimpulkan jika Ulumul Quran bisa digunakan untuk mengetahui isi kandungan Alquran. Dengan demikian, umat juga bisa memahami serta mengamalkannya dengan baik untuk kehidupan sehari-hari. Selain itu, mereka yang memiliki niatan untuk menafsirkan Alquran sebaiknya menguasai dulu Ulumul Quran. Tertarik ingin mencetak Alquran dan juga buku-buku Islam untuk berbagai keperluan, terutama sekolah dan pengajian juga jamaah? Anda bisa segera menghubungi jasa percetakan alquran terbaik dan terpercaya di Gema Risalah Press. Segera hubungi untuk info serta konsultasi pemesanan yang lebih lanjut.
Dansecara terminologi adalah: Al-Qur‟an adalah Kalam Allah yang tiada tandingannya (mu‟jizat), diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW penutup para Nabi dan Rosul, dengan perantara Malaikat Jibril alahis salam, di tulis dalam mushhaf-mushhaf yang disampaikan kepada kita secara mutawatir (oleh orang banyak), serta mempelajarinya merupakan suatu
Ilustrasi Mengenal Ulumul Quran. Sumber AlquranKitab Alquran ini tidak ada keraguan terhadapnya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa".Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Alquran, dan sesungguhnya Kami pula yang benar-benar memeliharanya”. Al-Hijr 9Bahasan Pokok Ulumul Quran1. Proses turunnya Alquran Nuzulul Quran2. Pembahasan terkait sanad rangkaian periwayat3. Pembahasan soal qira’at cara membaca Alquran4. Pembahasan terkait kata-kata dalam Alquran5. Pembahasan mengenai makna-makna dalam Alquran6. Pembahasan terkait makna kata dalam Alquran
4IsNrT. i4vu2p3vl2.pages.dev/86i4vu2p3vl2.pages.dev/15i4vu2p3vl2.pages.dev/50i4vu2p3vl2.pages.dev/72i4vu2p3vl2.pages.dev/270i4vu2p3vl2.pages.dev/233i4vu2p3vl2.pages.dev/356i4vu2p3vl2.pages.dev/82i4vu2p3vl2.pages.dev/295
pengertian ulumul qur an secara etimologi dan terminologi